Parto pergi#1


Hujan menunda untuk jatuh sore ini meskipun mendung sudah sedari pagi mengelayut dilangit kota Denpasar dan sepertinya mendungpun juga hadir dipikiran parto membuat aura hari menjelang keputusannya untuk meninggalkan Denpasar menjadi kelabu seabu-abu gundukan-gundukan awan.

Beberapa kardus sudah terpacking rapi dengan label alamat pengirim dan penerima dibagian atasnya, kotak-kotak kardus itu seolah mewadahi semua kepingan kenangan parto selama hampir sewindu menempati sesudut ruang di kota Denpasar. Parto melepas penat duduk menyelonjorkan kaki dengan menyandarkan tubuhnya pada dinding kamarnya, mengamati dengan seksama tiap sudut seolah bertanya apa yang mereka rasakan dengan perpisahan ini. Sementara sahabat karibnya Jupri duduk didepan pintu menghadap arah luar kamar kosnya, membisu memandang pohon kamboja di pelataran yang menjatuhkan beberapa bunga ketanah karena tiupan angin.

Beberapa saat mereka terdiam dengan pikirannya masing-masing, parto pun beranjak dan menyalakan lampu kamar sepeninggal matahari hilang menyelinap dalam gelap malam. Hanya bulan yang hampir separo melengkapi langit malam ini, meskipun cahayanya kadang hilang dibalik awan.

“ Kapan semua kardus-kardus ini akan dipaketkan to” Tanya jupri sekaligus beranjak dari duduknya mengambil botol air mineral dan menuangkan dalam gelas, sebelum meminumnya ia menunggu jawaban dari parto yang mengeser kardus-kardus kesudut ruangan.

“ Besok siang pri, tadi sudah saya pesan ke jasa titipan agar besok bisa datang dan mengambil paketan ini”

“ Kenapa kamu memutuskan untuk meninggalkan Bali to, bukannya dulu ini keinginanmu untuk kerja di Bali ?” Tanya jupri setelah meneguk air dari dalam gelasnya. Parto belum menjawab, ia hanya berlalu mengambil sapu yang tergantung di dinding belakang

“ Pri, keinginan itu sudah terkabul, dan saat ini saya memiliki keinginan lain. Keinginan mandiri dan keinginan lebih baik dari yang sudah baik sekarang” jawab parto sambil mengayunkan sapunya membersihakn lantai dari debu-debu kardus.

“ Bukannya mandiri itu bisa kamu dapat disini to dan keadaan lebih baik juga bisa diraih disini , u no ( you know.red )“

“ Memang itu benar pri, tapi ada hal yang menjadi pertimbangan lain sehingga aku memutuskan untuk pergi ”

“ lalu siapa yang akan mendengarkan keluh kesahku lagi, to ?”

“ Pri, saatnya dirimu akan mengerti dan paham dengan keadaan ini. Sudah saatnya kamu menapaki hubungan yang lebih serius lagi dengan dayu” parto mengentikan ayunan sapu dan memandang kearah jupri.

“ itu sudah to, dan kami akan menikah tahun depan walaupun tanpa restu dari orang tua dayu”

“ ya kalau itu yang terbaik saya hanya bisa mendukungmu pri, jarak bukan masalah untuk memberikan saran dan masukan dan mendengarkan ceritamu” parto mengakhiri dengan memasukkan kumpulan debu dalam serokan kemudian bergegas menuangakan serokan itu kedalam tempat sampah lalu mengembalikan sapu ketempat semula

Jupri hanya diam mendengar jawaban parto dan mengurungkan niatnya untuk meletakkan botol kemeja setelah parto menyambar botol itu dari tangan jupri tak lupa gelas dalam genggamannya dan menuangkan kedalam gelas dan mengeguknya hingga habis.

Hanya malam yang pasti berjalan menuju pagi dan hari siap menyambut kembali matahari, kisah dua sahabat yang selalu ada pada saat kaki tak mampu menopang dan selalu menjadi tangan yang terulur saat tertatih,menjadi laut yang menampung kelu menjadi langit saat ingin melukis impian, menjadi tawa saat duka melanda. Hening malang terpecah saat ada pangilan masuk ke telepon genggam Jupri, terdengar lirih lagu Sheila on 7 yang sengaja dipilih jupri untuk sahabatnya yang akan pergi

. …. Bersenang-senanglah

Karna hari ini yang kan kita rindukan

Dihari nanti, sebuah kisah klasih untuk masa depan


Tinggalkan komentar