Parto Pergi #3


Setelah menempuh perjalanan yang terasa begitu jauh dan lama akhirnya Parto sampai juga diterminal ubung diantar sahabatnya Jupri dengan motor Sementara rintik gerimis masih saja turun membasahi kenangan parto akan terminal ini. Beberapa waktu yang telah lalu disini dia melepas kepergian juminten yang tanpa pernah diduga saat itu adalah saat terahir juminten perpamitan pergi dan tak pernah kembali lagi. Parto masih terbawa kedalam hutan memorinya berdiri berusaha tegar seperti pohon-pohon kenangan yang menancap kuat didalam ingatannya. Jupri mengunci motornya dan melepaskan jas hujan yang diakenakan sedari tadi dan merentangkan diatas motornya. Jupri mengambil helm yang masih diatas kepalan parto yang menatap kosong kearah tepat dimana dulu dia duduk dan memeluk juminten sebelum dia naik bus.

 

“Udah to, jangan bengong saja masih gerimis ini nanti kamu malah masuk angin” celoteh jupri sambil mengurunkan niatnya untuk mengambil paksa helm yang dikenakan karn parto kembali dari perjalannya menyusuri tapak tapak kenangan masa lalunya dengan terminal ubung.

 

“iya-iya pri, ini helmnya” Parto menyodorkan helmnya kearah jupri.

 

Suasana tidak begitu ramai karna keberangkatan jalur luar kota kearah surabaya biasanya ramai pada sore hari sementara untuk keberangkatan pagi hanya beberapa armada bus yang membuka jadwal perjalanan pagi hari.

 

“Tiket tidak lupa dibawa kan to” tanya jupri sambil bergegas berjalan menuju ruang tunggu setelah membayar tiket peron masuk terminal

 

“Tiket sudah saya bawa pri, jangan kawatir” parto mengikuti langakah sahabatnya yang bergegas menghindari gerimis

 

Beberapa kursi dan bangku diruang tunggu masih banyak yang kosong, lalu lalang khas terminal juga tidak terlalu ramai. Suasana masih terlihat basah dan bulir bulir tetesan air terjatuh dicerung-cerung atap terminal.

 

” Busnya berangkat jam berapa to” tanya jurpri sambil duduk disalah satu bangku

 

” Jam 9 pri” parto iktu duduk disamping jupri

 

Jupri melihat jam yang melingkar dipergelangan tangan kirinya

 

“10 menit lagi to, bus mu akan berangkat”

 

Parto hanya menghela nafas sambil membetulkan kardus kecil yang dari tadi dijinjingnya dan melepaskan tas rangsel dari punggungnya agar dia lebih leluasa untuk bersandar pada bangku tunggu.

Seseorang datang dengan pakaian seragam transportasi yang datang menanyai parto.

“maaf mas sudah beli tiket ?”

“sudah pak, ini tiket say” Parto mengambil lembaran tiket dari sarku celananya

Petugas dari transportasi menerima dan mengamati tiket tersebut

“dengan mas parto ya ?” tanya petugas tersebut dengan mengembalikan tiket kepada parto

 

“iya pak, saya parto”

 

“mas sebentar lagi busnya akan berangkat tepat jam 9, pada penumpang sudah sebagian masuk kedalam bus” petugas itu menunjuk bus yang terparkir tak jauh dari ruang tunggu.

 

” iya pak , sebentar lagi saya akan naik”

 

petugas itu lalu pergi dan menanyakan hal yang sama dengan seseorang yang duduk di ruang tunggu lainnya

 

“Pri, saya naek bus dulu ya” parto bangkit berdiri mengendong kembali tan rangselnya

jupri tidak menoleh atau merespon apa yang dilakukan parto, yang jelas air mata kesedihan telah luruh bersama gerimis pagi ini dari sudut mata jupri. Sekaan tangan jupri mencoba membuang jauh jauh air mata itu namun kesedihan ini tak terbendung lagi saat melepaskan sahabat yang selama ini telah datang seperti matahari memberi sinar untuk melihat dunia lebih berwarna, kini matahari itu akan segera pergi seperti senja yang akan mengadirkan gelap. Jupri berdiri dan memeluk sahabatnya untuk pergi.

 

Parto menepuk-nepuk punggung jupri agar kuat dan menerima keadaan dan kepergiannya

 

“sudah pri, besok kamu harus datang jawa berkunjung dan menginap” kata parto sambil menepuk pundak sahabatnya yang sudah mulai bisa menguasai emosinya yang melankolis dengan perpisahan ini.

 

“iya to, aku pasti akan berkunjung dan akan mebawa dayu sebagai istriku untuk bulan madu ke jawa, u no ( you know.red )

Parto pergi melangkah menuju bus yang akan membawanya ke tempat baru, semangat baru cita-cita baru dan harapan yang lebih tinggi lagi. Jupri memandang sosok temannya pergi dan menghilang dengan bus dibalik tembok kantor pengurus terminal dan hanya mengucapkan kata gut lak ( good luck.red ). Jupri pun melangkah meninggalkan ruang tunggu dan melewati segerombolan pengamen dengan menyanyikan Belum ada judul iwan fals yang tertangkap beberapa bait syair oleh telingga jupri yang semakin hilang dengan semakin jauhnya dia pergi meninggalkan ruang tunggu terminal ubung.

 

Pernah kita sama-sama susah
Terperangkap di dingin malam
Terjerumus dalam lubang jalanan
Di gilas kaki sang waktu yang sombong
Terjerat mimpi yang indah . . . . . lelap
Pernah kita sama-sama rasakan
Panasnya mentari hanguskan hati
Sampai sa’at kita nyaris tak percaya
Bahwa roda nasib memang berputar
Sahabat masih ingatkah . . . . . . . kau


Tinggalkan komentar