Selamat datang Malang # 1


Langit masih gelap dan bintang-bintang masih bertaburan seperti berlian kemilau pada jubah malam, Kumandang adzan subuh jelas bersautan dari beberapa masjid. Parto terharu merasakan kembali suasana subuh seperti dulu sebelum dia pergi meninggalkan tanah jawa menyebrang kepulau Bali.

Semua penumpang bus bersiap dan terbangun dari lelahnya perjalanan dari kota Denpasar, tugu selamat datang penunjuk memasuki kota Malang baru saja terlewati, Kondektur Bus pun sudah memberikan pernyataan “Malang terahir,malang terahir”. Parto masih memandangi kota yang cukup asing baginya dengan pandangan beku seperti pohon-pohon yang membeku oleh udara dingin pagi ini.

Terminal Arjosari,Begitu tulisan terbaca sebelum bus memasuki terminal. Parto mengeser duduknya dgn masih memeluk erat tas punggung yang sedari berangkat dipanggkuannya.” Inilah kota pemberhentiaku selanjutnya”Gumam parto dalam hati.

Dan buspun berhenti pada lajur yang telah d tentukan, semua penumpang sabar menunggu giliran menuruni bus. Parto beranjak turun dan ikut berdiri mengantri menunggu bagasi dikeluarkan oleh kondektur. Telepon gengam parto bordering, terlihat nama mas budi pada layar HP yang masih monocrom tersebut.

“Assalamualaimkum mas budi” parto memberikan salam setelah menerima pangilan tersebut.

“walaikumsallam to, sudah sampai terminal ?”Tanya suara dari ujung telepon.

“sampun mas,barusan sampai”

“tunggu sebentar ngih, saya jemput sekarang ke terminal”

“baik mas, saya tunggu.matur suwun ngih sudah merepotkan,assalammualaikum” jawab parto memberikan salam sebelum mengahiri pecapakan dengan mas budi.

 Mas budi adalah adik dari pak genthong yang berarti adalah masih paman dari parto, usianya terpaut 3 tahun lebih tua dari pada parto. Mas budi sudah lama tinggal dimalang dan memiliki usaha yang sama dengan pak genthong yaitu membuka warung didaerah Dinoyo Malang.

Setelah mengambil bagasinya parto duduk disalah satu ruang tunggu terminal, angannya jauh melayang mencoba mengakrabkan dengan dingin, budaya dan bahasa yang sangat berbeda dengan Denpasar.

Berlahan sudut-sudut terminal arjosari mulai meremang semakin jelas, sepertinya surya sudah mulai bersiap memberikan hangat sinarnya pada dingin pagi ini. Bangku tunggu warna biru masih menopang parto duduk menanti mas budi, pikirannya masih sibuk menata ulang berbagai rencana hidupnya.


Tinggalkan komentar